BNN Terjun ke Tembalang Peringatkan Bahaya Peredaran Narkotika, Bermula dari Anak-anak yang Kurang Diperhatikan

photo author
- Senin, 25 Agustus 2025 | 14:19 WIB
BNN Jateng menyambangi Tembalang Semarang untuk sosialisaai peredaran narkotika. (BNN)
BNN Jateng menyambangi Tembalang Semarang untuk sosialisaai peredaran narkotika. (BNN)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Sebanyak 80 persen orang penyalahguna narkoba berangkat dari keluarga yang broken. Broken di sini tak hanya berkutat pada konteks orangtuanya bercerai, namun lebih luas lagi: orangtuanya masih bersatu tapi absen dalam kehidupan tumbuh kembang anak-anak mereka.

Hal itu dikatakan petugas dari Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah Dela Sulistiyawan Yunior di depan seratusan orang, terutama emak-emak, Minggu 24 Agustus 2025.

Mereka adalah warga Perumahan Grand Tembalang Regency RT2/RW6, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

“Data 80 persen itu hasil penelitian ya. Bapak ibunya tidak ada kasih sayang ke anak-anaknya. Gaji tinggi, tapi anaknya disentuh dengan duit. Ah, asalkan semua kebutuhan bisa terbayarkan. Padahal, anak nggak butuh duit, butuhnya kita (kehadiran orangtua),” kata Dela menjelaskan.

Baca Juga: Soal dan Kunci Jawaban PAI Kelas 10 Kurikulum Merdeka Halaman 144 Nomor 7

Kasus teranyar kemudian dibeberkan Dela. Di salah satu SMK di Kota Semarang, ada 60 muridnya yang terindikasi menyalahgunakan narkoba, kemudian dilakukan tes urine. Dari total 60 anak itu, 54 di antaranya mengaku telah mengonsumsi narkoba.

“Yang menarik, ada satu yang perempuan, berkerudung, beli narkobanya dengan cara open BO (jual diri) ke yang menjual, harganya Rp300ribuan,” sambung Dela mewanti-wanti.

Dia kemudian mencontohkan beberapa kasus lain, di antaranya kasus di Grobogan Jawa Tengah ada peredaran gelap 1kg ganja yang dibeli via Facebook. Lalu di Sumatera Barat, ada ibu yang ditangkap BNN karena jadi pengedar narkoba. Iming-iming upah Rp15juta.

Dari yang tidak tahu apa barang yang diantar, kemudian jadi tahu ternyata yang diantarnya narkoba, namun ibu itu tidak peduli: asalkan dapat uang jutaan rupiah secara cepat.

Baca Juga: Kala Tradisi Cukur Rambut Gimbal Jadi Daya Pikat Pengunjung Dieng Culture Festival

“Ini juga karena selain ekonomi, faktor literasi juga penting. Kalau ibu itu tahu konsekuensinya, bisa dihukum 6 tahun sampai maksimal hukuman mati, pasti akan berpikir ulang. Di sini, literasi menjadi penting,” lanjutnya.

Dela menambahkan, keluarga jadi benteng kuat anak-anak agar tak terjerumus peredaran gelap narkoba. Kehadiran orangtua ke anak-anaknya, mendengar keluh kesah mereka, mengidentifikasi siapa teman-temannya, itu jadi faktor penting.

Sebab, kata Dela, berdasarkan survei BNN, anak-anak kali pertama menyalahgunakan narkoba didapat secara gratis dari teman-temannya.

Kemudian, setelah kecanduan, anak akan cenderung kerap berbohong demi mendapatkan uang untuk membeli narkoba dan dikonsumsi. Tak jarang, ketika sudah terjerumus lebih dalam, anak akan jadi pengedar, demi mendapatkan narkoba secara gratis.

Tingkatan-tingkatan itu perlu dideteksi lebih dini. Hal tak kalah penting, jangan menganggap ketika ada anak kecanduan narkoba kemudian distigma negatif bahkan dikucilkan oleh tetangga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X