AYOSEMARANG.COM - Bertepatan di Syaban bulan mendekati Ramadan masyarakat Jawa kerap mengadakan acara tradisi Nyadran.
Acara adat tersebut biasa berlangsung di masjid, makam, maupun musala setempat.
Menurut bahasa sansekerta, asal kata Nyadran yakni Sraddha yang memiliki arti keyakinan.
Baca Juga: Tradisi Unik Nyadran di Kampung Siwarak Semarang dalam Memperingati Hari Besar Islam Isra Miraj
Nyadran juga diartikan rangkaian ritual adat guna mendoakan para leluhur yang telah wafat.
Selain untuk mendoakan, tradisi Nyadran juga mengandung makna sebagai pengingat diri akan kematian, dan juga memperkukuh silaturahmi serta kerukunan.
Ritual nyadran banyak macamnya, menurut daerah masing-masing, misal bersih makam, syukuran dengan makan bersama yang telah dipersiapkan dan juga ziarah kubur serta mendoakan para leluhur yang telah tiada.
Dikutip dari kanal YouTube NU Online, Kamis 9 Maret 2023.
Disampaikan oleh habib Muhammad Muthohar jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, mengatakan tradisi Nyadran tidak diperbolehkan dalam Islam.
Dalam hal ini kaitannya dengan tradisi Nyadran, apabila tradisi itu diisi dengan hal-hal yang mendekatkan kepada Allah SWT misal tadarus, tasyakuran atau sedekah maupun ziarah kubur maka hal ini diperbolehkan.
"Barangsiapa yang membuat sunnah hasanah dalam Islam maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun," hadis riwayat Muslim.
"Jadilah engkau orang yang pemaaf dan suruhlah orang-orang mengerjakan dengan 'Urf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh," Quran surat Al-A’rāf (7):199.