KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Tradisi unik yang digelar setiap tahun menyambut datangnya bulan puasa di Kaliwungu, Kendal, ratusan warga saling berebut gunungan yang berisi sumpil makanan khas Kaliwungu.
Gunungan berisi sumpil dan hasil bumi ini sebelumnya diarak dari makam wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja, menuju bukti jabal di Kaliwungu untuk diperebutkan warga.
4 gunungan ludes dalam waktu kurang dari lima menit dan warga rela berebut agar mendapat berkah dan keselamatan saat memasuki bulan puasa. Gunungan berisi sumpil, makanan khas Kaliwungu yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan daun bambu ini sebelumnya disiapkan warga Kampung Jagalan Desa Kutoharjo Kaliwungu setiap bulan syaban.
Baca Juga: Waspada! Propaganda Ideologi Menyimpang di Media Sosial
Gunungan lain berisi aneka makanan ringan dan hasil bumi ini dibacakan doa bersama di makam Wali Hasan Abdullah atau Pakuwaja Minggu 5 Maret 2023 sore. Usai berdoa bersama warga kemudian mengarak gunungan yang berisi 1.000 sumpil, hasil bumi dan jajanan pasar keliling kampung diiringi dengan drum blek.
Gerebeg sumpil ini dilaksanakan warga menyambut datangnya bulan puasa, dengan harapan saat bulan puasa datang bisa menjalankan ibadah dengan baik. Sesampainya di bukit jabal gunungan kemudian menjadi rebutan warga yang sudah berkumpul. Warga rela saling dorong dan berebut sumpil yang sudah dikemas dalam wadah plastik ini untuk mendapatkan keberkahan.
Warga yang rela berebut gunungan sumpil ini mengaku, makanan khas ini jarang sekali ditemukan. Dengan gunungan sumpil warga berharap mendapat keberkahan sesuai dengan simbol dan makna yang terkandung dalam makanan khas Kaliwungu ini.
“Filosofinya sumpil itu bagus jadi saya rela berdesakan dan berebut agar mendapatkan keberkahan sebelum memasuki bulan puasa,” ujar Wawan, warga setempat.
Baca Juga: Cara Komunikasi yang Baik ke Suami Menurut dr Aisah Dahlan, Sebelumnya Mengadu kepada Allah SWT
Tradisi gerebeg sumpil dengan mengirab gunungan berisi makanan khas kaliwungu, mengandung filosofi keberkahan manusia dalam menjalani hidup, harus seimbang.
Sutikno pengurus makam Eyang Pakuwaja mengatakan, gunungan ini sengaja diperebutkan warga sebagai bentuk keberkahan dan saling berbagi sesama manusia.
“Sumpil sendiri mengandung makna menyerahkan diri kepada sang pencipta dengan iklhas. Dan ini sudah menjadi tradisi tahunan dan kali ini sudah memasuki tahun ke 11,” jelasnya.
Sementara Kepala Desa Kutoharjo, Ivan Setyawan mengatakan sumpil yang dibungkus dari daun bambu mempunyai makna agar manusia bisa berguna seperti bambu yang setiap bagiannya bermanfaat.
Baca Juga: Resep Ayam Bakar Bumbu Bali, Sajikan sebagai Menu Buka Puasa, Dijamin Makan Semakin Lahap
“Sumpil yang berbentuk segitiga mengandung makna manusia harus menjalin hubungan dengan sang pencipta dengan sesama manusia dan benda lain ciptaan tuhan,” katanya.
Selain menggelar kirab gunungan sumpil juga digelar kesenian tradisional, bazar makanan dan pengajian dalam rangka haul dan ruwahan masal di makam wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja.
Artikel Terkait
Tanaman Padi Ambruk Terkena Hujan, Hasil Panen Petani di Kendal Berkurang 20 Persen
Ganggu Kamtibmas di Bulan Ramadhan, Polres Kendal akan Tindak Tegas dan Terukur
Sejak Awal Tahun 2023, Kendal Dilanda 6 Bencana Banjir
PAUD dan Kelompok Bermain Mulai Implementasikan Kurikulum Merdeka
Al Cholil Bersholawat Dipadati Ratusan Warga Kaliwungu Kendal
Cuaca Perairan Kendal Belum Normal, Nelayan Diminta Utamakan Keselamatan Berlayar
Cegah Miskomunikasi saat Pemilu, Komisi A DPRD Kendal Undang KPU dan Bawaslu untuk Dialog Bersama
Marathon Charity Run 105 Kilometer untuk Galang Donasi Bagi Anak Difabel
Soal Banjir Kendal, Gus Tommy Sebut Ini Penyebabnya