Baca Juga: Mencicipi Rujak Werak yang Legendaris, Hanya Ada di Desa Morodemak Demak
"Peninggalan semuanya di dalam tanah. Ada lubang besar wangi, ada kayu kayu, terus saya tutup lagi. Kayu balok balok besar. Hutan dulunya, ada satu dua nisan yang tertinggal, semua pada hilang terpendam," ujarnya.
Makam Syekh Hasan Bakem tersebut juga dikelilingi makam baru yang diperkirakan istri dan keluarganya.
Komplek makam tersebut berada di bawah sejumlah pohon rimbun yang diketahui pohon serut dan sebagainya. Di area tersebut juga terdapat sumur yang konon merupakan representasi sumber air yang tak pernah habis.
Ia menerangkan bahwa hutan tersebut dulunya angker dan keramat. Jika orang berniat buruk bisa dipastikan sakit dan gila.
"Memang angker. Karena gini, mitos itu memang yang tahu hanya Allah, seandainya orang di situ tidak uluk salam, berbuat jelek, kemungkinan besar sakit, ada yang gila. Kebanyakan di situ pada nyari harta, iya narik," terangnya.
Ia menerangkan bahwa nama makam panjang tersebut semula terkenal dengan nama "Mbah Bakem" saja. Yakni berarti diam beriwabawa tak suka bicara jelek dan bicara hanya pada yang yang perlu.
Lalu dirinya menanyakan ke sejumlah orang pintar lalu diimbuhilah dengan nama "Hasan" yang berarti baik dalam bahasa arab.
Baca Juga: Asul Usul Jamu Coro Peninggalan Kasultanan Demak Bintoro, Masih Eksis hingga Kini
Ia menuturkan bahwa nama tersebut merupakan nama yang dikenal oleh masyarakat setempat. Ia menuturkan bahwa nama asli dan silsilah tokoh tersebut masih dalam verifikasi Habib Luthfi.
"Iya memang perkiraan Mbah Hasan di situ zaman budha dan china, mensyiarkan agama islam. Kerajaan Demak masih belum ada, masih hutan. Di sini dulu memang Mbah Bakem, namanya mbah bakem, setelah ke jepara orang pintar ditambahi Hasan. Bakem itu pas ketika syiar agama islam di sini. Nama aslinya dari orang tuanya lain lagi, belum diketahui," terangnya.
Kendati demikian ia menuturkan banyak peziarah yang mendatangi makam tersebut. Bahkan saat haul lokasi tersebut hingga membelidak peziarah.
"Jumat malam itu biasanya banyak. Mendekati haul banyak lagi. Sampai membludak ribuan hampir 5000 setiap haul (sejak 1990)," tuturnya.
Sementara itu Pemerhati Kebudayaan, Ahmad Widodo, mengatakan bahwa makam tersebut merupakan salah satu lokasi pertimbangan cagar budaya di Kabupaten Demak. Yakni lantaran makam tersebut berada di atas kawasan situs cagar budaya dan banyak didatangi peziarah saat haul.
"Karena makam tersebut di atas situs kawasan cagar budaya. Iya, (batu bata besar) contohnya ada di museum abad 6 - 8," terang Widodo melalui pesan singkat.