BATANG, AYOSEMARANG -- Rehabilitasi perkebunan kakao di Kabupaten Batang menunjukkan hasil positif.
Ada 3 hektare lahan yang telah dijadikan demplot kakao tersebar di 2 kecamatan yakni di Desa Kenconorejo, Desa Kedungsegok Kecamatan Tulis, Desa Siwatu, dan Desa Brokoh di Kecamatan Wonotunggal.
Sebelumnya, kondisi perkebunan kakao di Batang terbilang buruk, mayoritas sudah berusia tua.
Hal itu disampaikan general manager UGM Cocoa Teaching Industry Nur Muhib yang ditemui di kantornya, Jumat 21 Januari 2021.
Baca Juga: Perpanjangan Pembangunan Islamic Center Batang Tahap I, DPUPR Yakin Selesai Akhir Januari 2022.
"Hasilnya cukup bagus, usianya sudah 6 bulan, hasilnya sudah ada peningkatan. Pohon kakao yang sudah tua mulai bagus kembali mulai daun hingga batang. Biasanya satu pohon menghasilkan 3-4 buah, kini bisa sampai 15 buah," ujar
Demplot tersebut merupakan hasil kerjasama berbagai pihak. Seperti petani kakao, Pemda, dan swasta. Tujuannya untuk membentuk koperasi industri perkebunan kakao.
Menurutnya, kualitas kakao dari Batang sekarang terbilang buruk. Baik dari kualitas maupun kuantitas.
Pihaknya kini hanya menargetkan rehabilitasi perkebunan kakao terlebih dahulu. Bagaimana caranya supaya sehat kembali.
Baca Juga: Rehab Sekolah Tak Kunjung Rampung, Para Siswa SDN Plelen 01 Batang Belajar Darurat di Rumah Warga
Tanaman yang sudah 10-15 tahun tidak tersentuh perawatan, sekarang akan di sentuh perawatan. Supaya produktivitas meningkat.
"Saya sedang negosiasi juga dengan perusahaan Jepang, dia membina petani kakao organik di Papua. Saat ini di Batang belum ada pertanian kakao organik, saat ini yang ada hanya biji asalan," imbuhnya.
UGM Cocoa Teaching Industry kini juga sedang menjalin kerjasama untuk memenuhi kebutuhan ekspor coklat organik ke Jepang. Berupa coklat bubuk dan butter.
Baca Juga: Pabrik Pipa dari Belanda, Siap Investasi di KITB Rp1,7 Triliun