BATANG, AYOSEMARANG.COM -- Potensi pengembangan tanaman kakao Kabupaten Batang terbilang cukup luas.
Dari luasan 1.500 hektare (ha), karena adanya pembangunan PLTU dan jalan tol kini tanaman tersebut luasnya tinggal 800 ha.
Namun demikian, luasan tersebut masih tetap menjadi salah satu daerah yang terluas dengan tanaman kakao di Pulau Jawa.
Untuk mengembalikan kejayaan produktivitas tanaman tersebut yang pernah moncer. Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta bersama pihak swasta memfasiliasi pembuatan demplot kakao.
Baca Juga: HASIL IBL 2022: Tangan Dingin AF Rinaldo Bawa Amartha Hangtuah Sapu Bersih Seri 1
Demplot itu disiapkan sebagai contoh peningkatan produktivitas perkebunan kakao untuk memenuhi kebutuhan PT UGM Cocoa Teaching Industry yang berada di Desa Sigayung, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang.
Empat desa yang dipilih untuk dijadikan demplot, yaitu di Desa Kenconorejo, Kedungsegok di Kecamatan Tulis, serta Desa Siwatu, dan Brokoh di Kecamatan Wonotunggal.
"Tahun 2020 Dispaperta Batang memberikan semangat petani kakau agar produkainya bisa baik seperti dulu. 800 ha jika dipelihara dengan bagus sesuai standar operasional prosedur (SOP) dalam satu tahun, produktivtasnya bisa mencapai 800 ton," kata Ketua Asosiasi Kakao Indonesia Kabupaten Batang Zaenal Acheroh, saat ditemui di kebun kakau di Kenconorejo Kecamatan Tulis, Minggu 23 Januari 2022.
Baca Juga: 7 Saran Mantan Petinggi WHO Kendalikan Varian Omicron di Indonesia
Kendala utama merosotnya produktivitas kakao di Batang, kata dia, tidak ada pendampingan dan petani kurang memperhatikan serta merawat tanamannya. Sehingg banyak petani kakau yang menebang tanamanya karena hasilnya kurang.
"Ke depan jika demplot ini berhasil, akan ditingkatkan hingga ratusan hektare," terangnya Zaenal.
Ia menyebutkan demplot di empat desa itu sudah memilki tanaman produksi. Usianya mulai 8 sampai 15 tahun. Pohon kakao yang sudah tua mulai bagus kembali mulai daun hingga batang. Dulu satu pohon menghasilkan 3-4 buah, kini bisa sampai 15 buah.
"Harga dasar kakau di tengkulak kisaran Rp2.820 per kilogram. Diharapkan ke depan biji kakao harus full vermentasi dengan kadar air 57 persen," katanya.
Baca Juga: Bolehkah Pasien Omicron Isoman di Rumah? Berikut Aturan dan Syarat yang Wajib Diikuti