Dengan tatapan yang seolah menahan emosinya, Sambo berpikiran bahwa seharusnya Yoshua yang duduk di kursi pesakitan sekarang, dan bukan dia atau terdakwa lainnya.
Sambo mengaku bahwa amarah dan emosinya yang tidak bisa terbendung sehingga melupakan logika saat itu.
"Harusnya sih dia (Yosua) yang duduk di sini untuk menghadapi proses. Ya (tapi) yang justru saya alami seperti ini," sesal Ferdy Sambo.
Dengan mata berkaca-kaca, kemudian Sambo menundukkan kepala sambil beberapa kali mengedipkan mata, sebelum lanjut menjawab pertanyaan JPU.
Air Mata bagian dari skenario?
Lagi-lagi jaksa menanyakan alasan Ferdy Sambo sering mengumbar air mata di hadapan para anak buahnya.
Rupanya jaksa mencurigai tangisan itu hanyalah cara untuk memuluskan skenario yang dibuat Sambo.
Menjawab pertanyaan dan kecurigaan JPU, Sambo kemudian menegaskan bahwa dipikirannya hanya mengingat kejadian yang menimpa istrinya di rumah Magelang.
"Itu karena saya mengingat kejadian di Magelang, disitu saya sangat sedih dan marah," tegas Sambo.
"Bukankah itu berarti dampak psikologis?" jaksa melanjutkan pertanyaan.
"Tidak. Wajar saja karena saya harus merasakan hal itu terjadi," jawab Sambo.***(Syarifuddin)