Pulang ke Omah Minggir: Penegasan Romantisme Jogja dengan Kuliner Tradisional di Pinggir Sawah

photo author
- Sabtu, 1 Februari 2025 | 16:31 WIB
Salah satu spot favorit di Omah Minggir karena sambil makan bisa melihat sawah. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Salah satu spot favorit di Omah Minggir karena sambil makan bisa melihat sawah. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Kemudian untuk tempat makan tidak hanya di joglo saja, namun juga di lantai atas. Sejenis sepetak bangunan kayu di atas dapur. Untuk menuju ke lantai atas ini, harus naik tangga kayu. Begitu sampai di sana ada meja yang menghadap ke sawah.

Menurut saya ini adalah tempat favorit di Omah Minggir. Dengan interior klasik kayu-kayu khas rumah Jawa, kita bisa makan sambil melihat hamparan sawah yang seperti lukisan dengan bingkai jendela, ada petani dan pembajak yang sedang berlalu-lalang di kejauhan.

Di sudut ruangan itu, ada tumpukan buku-buku. Paling banyak adalah buku-buku foto. Koleksi ini tak mengherankan karena pemilik Omah Minggir adalah fotografer jurnalis Harian Kompas, P Raditya Mahendra Yasa. Saya menemuinya beberapa hari jelang kunjungan saya ke Omah Minggir dan dia bercerita banyak.

Raditya, atau yang akrab disapa Wendra memulai Omah Minggir sejak tahun 2016 dengan homestay. Dia mengaku awalnya memang ingin buka usaha dan jadilah homestay.

Baca Juga: Prospek Karir Lulusan Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air, Garda Terdepan Penyelesaian Masalah Lingkungan

"Persiapan hari tua. Atau menyiapkan sekoci jika sewaktu-waktu kapal karam. Kerja di media, kau tahu sendiri boy, rawan tumbang," ujar Wendra yang suka menyapa orang dengan sebutan "boy", saat ditemui di Semarang, Kamis 30 Januari 2025.

Homestay pun didirikan di tanahnya yang berada di Kecamatan Minggir tadi. Interior bangunan bergaya klasik Jawa memang sejak awal dipilih karena dia penghobi barang antik. Jadi setiap dia pergi ke suatu tempat, ada interior jendela atau pintu atau meja atau apapun lah yang bagus sejauh itu barang lama, dia beli dan pasang di Omah Minggir.

Satu yang Wendra garisbawahi, dia merintis usaha ini dengan santai. Bahkan saat homestay sudah dibuka, sempat tidak lanjut lagi.

"Karena waktu saya sebagai foto jurnalis kan nggak bisa leluasa. Keseharian saya di Semarang. Lagipula saya bukan orang kaya. Tidak bisa bikin candi dalam satu malam. Modalnya ya nabung sedikit-sedikit. Kayak interior ya tadi, satu persatu saya beli," terang Wendra yang sejak kecil tumbuh di Jogja.

Memasuki tahun 2018, ketika modalnya terkumpul dia melakukan upgrade bangunan. Joglo yang jadi tempat makan tadi didirikan. Namun, ada satu titik dia merasa salah perhitungan karena joglo terlalu besar.

"Ya sudah, akhirnya saya bikin saja ada seperti rumah makan. Eh kok malah ramai ya saya teruskan lah boy," sambungnya.

Baca Juga: Remaja Dikeroyok Warga Gara-gara Dituduh Mencuri HP, Akhirnya Tewas di Rumah Sakit

Untuk menu makanan di Omah Minggir, Wendra menyebut standar saja. Namun menurut saya menu-menunya cukup mewakili identitas Omah Minggir. Misalkan untuk makanan ada ragam pecel dengan isian telur dadar, ikan wader, ikan kali, belut dan paru.

Ikan asap dan belut juga ada menu tersendiri dengan digeprek. Lalu lain-lainnya ada ayam goreng, bebek goreng serta berbagai penyetan tahu-tempe-telur.

Dapur Omah Minggir. Dari dapur ini Omah Minggir menyajikan kuliner tradisional. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Dapur Omah Minggir. Dari dapur ini Omah Minggir menyajikan kuliner tradisional. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X