AYOSEMARANG.COM- Judul di atas mungkin terasa menggelitik bagi pembaca. Mungkinkah kegiatan belajar tanpa ada gurunya? Mari kita dalami makna judul tersebut.
Setiap orang baik secara langsung atau tidak langsung, secara sengaja atau tidak sengaja melakukan proses belajar setiap hari bahkan setiap saat.
Sekadar bertanya cara membuat email misalnya, itu sudah termasuk proses belajar yang mungkin tidak disadari oleh si penanya. lalu membaca buku pengetahuan dan atau buku fiksi, secara tidak langsung merupakan kegiatan belajar.
Di antara buku-buku yang beredar, adakah buku yang jika dibaca, pembacanya melakukan proses pembelajaran tanpa diigurui? Jawabnya ada, yakni membaca buku biografi.
Pada umumnya, seseorang memiliki sifat malas belajar. Hari demi hari, waktu demi waktu lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang bersifat sepele atau bahkan cenderung kurang bermanfaat. Bermain game, “nongkrong” di Kafe dengan teman-teman, atau sekadar “mengobrol” adalah kegiatan sehari-hari yang mudah ditemui siapa pun.
Hampir tiap hari, beberapa kafe tertentu dipenuhi anak-anak muda. Memang tidak semuanya hanya “ngobrol” ke sana-kemari. Tidak sedikit juga yang membawa laptop, belajar, atau mengerjakan tugas sekolah (kuliah). Apalagi kafe-kafe sekarang menyasar segmen kaum kawula muda sehingga kafe-kafe tersebut dilengkapi dengan fasilitas wifi.
Baca Juga: Hitung-hitungan THR PNS 2022, Ini Daftar Gaji Pokok PNS dan Tunjangan Sesuai Golongan
Kalau “bermainnya” di kafe dengan tujuan makan, minum, sambil belajar berselancar di dunia maya untuk mengerjakan tugas sekolah atau kuliah, ini masih bisa kita apresiasi. Bagaimana kalau bermainnya di pinggir jalan, bergerombol dengan teman-teman sebaya, berbicara ke sana kemari yang mungkin saja tanpa tujuan? Hal ini bisa menimbulkan dampak negatif. Rasa malas seseorang akan semakin terpupuk dengan bergerombol bersama teman-temannya.
Mungkin bagi sebagian orang, kegiatan anak-anak muda seperti di atas dianggap hal biasa. Coba kalau kegiatan semacama ini terkumpul dalam satu area besar, tentu banyak orang akan bertanya-tanya “apakah tidak ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat dibandingkan dengan bergerombol?”
Sekarang bagaimana mengatasi hal tersebut? Apakah anak-anak muda ini harus kita beri tahu, kita jelaskan supaya mereka tidak sering-sering bermain yang hanya membuang-buang waktu bahkan bisa menjurus ke hal-hal negatif? Anak-anak tersebut sedikit demi sedikit perlu kita ubah sikap dan cara berpikirnya. Selain dengan penjelasan, satu cara yang efektif adalah mengenalkan buku biografi.
Baca Juga: Cara Ubah Password Gmail, Kata Sandi Wajib Rutin Diganti agar Aman
Lalu, apa hubungan membaca buku biografi dengan mengubah sikap atau cara berpikir anak muda? Atau jika kembali ke awal tulisan, apakah judul “Belajar Tanpa (Merasa) Digurui” itu mengada-ada? Tentu saja jawabannya adalah tidak mengada-ada. Membaca buku, selain sebagai upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan, beberapa jenis buku bisa memperkaya batin, membuka wawasan, dan juga menjadi inspirasi. Sebelum kita bahas semakin dalam, kita pahami dulu makna buku biografi.
Buku biografi adalah buku yang menjelaskan riwayat hidup seseorang, baik mengernai perjalanan hidupnya, cita-citanya, obsesinya, pandangan hidupnya, dan lain-lain yang dialami oleh tokoh. Segala hal (yang posisitif) dikupas tuntas dalam buku ini. Contoh buku biografi yang dapat dengan mudah kita temui antara lain Memahami HAMKA, Habibie: Dari Matahari sampai Reformasi, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, dan Dokter Soetomo: Jiwa Pergerakan yang Tak Pernah Padam. Dengan membaca dan memahami buku-buku tersebut, jiwa pembaca dapat tergugah. Sekurang-kurangnya pembaca merasa kagum dengan tokoh yang dibacanya.
Seseorang yang sering membaca buku biografi, tentu lambat laun akan mengalami perubahan sikap dalam hidupnya. Cara berpikirnya, cara berperilaku, pandangan hidupnya sedkit banyak akan terpengaruh oleh tokoh buku biografi yang dibacanya.
Sebagai contoh. Seseorang yang membaca biografi Prof. Dr. B.J. Habibie akan merasa kagum dengan kedisiplinannya, sikap pantang menyerah baik ketika masih bersekolah, berkuliah, hingga menjadi pejabat tinggi. Secara tidak langsung, pembaca akan berpikir bahwa kesuksesan seseorang bisa diraih dengan salah satu syarat disiplin.
Sementara itu, seseorang yang membaca biografi Dr. Khoirul Anwar, penemu teknologi 4 G, tentu akan kagum bahwa di tengah keterbatasan yang dialami, di tengah himpitan ekonomi, ternyata seseorang bisa sukses hingga menjadi sosok luar biasa.
Pembaca akan terinspirasi bahwa keterbatasan tidak bisa menjadi penghalang asalkan ada niat yang kuat untuk mengubah hidup. Segala bentuk kekurangan akan bisa dilawan dengan niat yang kuat, sikap pantang menyerah, dan tidak putus asa.