AYOSEMARANG.COM -- Semarang menjadi tuan rumah konferensi internasional Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2025 pada 14–15 Juli 2025, dengan tema "Localising Smart Economy and Infrastructure for Inclusive Growth and Sustainability."
Acara ini menjadi wadah penting bagi para peneliti, akademisi, dan pemangku kebijakan untuk berbagi inovasi dan solusi berbasis riset, khususnya mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari komitmennya, KONEKSI (Knowledge and Innovation for a Fair Society) turut mendukung partisipasi 19 peneliti dari berbagai latar belakang, termasuk peneliti muda, akademisi dari Indonesia Timur, dan penyandang disabilitas.
Mereka tidak hanya berkesempatan mempresentasikan penelitian di tiga sesi khusus, tetapi juga membangun jejaring dengan para pembuat kebijakan dan praktisi.
Sebelum konferensi, KONEKSI bersama Australia National University (ANU) Indonesia Project menyelenggarakan bootcamp peningkatan kapasitas pada 12–13 Juli 2025.
Pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kemampuan peneliti dalam merancang penelitian berdampak, memimpin inisiatif riset, serta mendiseminasikan temuan mereka secara efektif.
“Kami mengapresiasi partisipasi aktif para peneliti dalam IRSA 2025. Beragam topik yang diangkat—dari perubahan iklim hingga kebijakan inklusif—menunjukkan relevansi riset terhadap tantangan pembangunan di Indonesia Timur. Kami berkomitmen memperkuat kolaborasi riset Australia-Indonesia yang mendukung kebijakan berbasis data, inklusif, dan berkelanjutan,” jelas Ria Arief, Knowledge to Policy Unit Manager dari Kedutaan Australia di Jakarta.
Konferensi ini menampilkan tiga sesi khusus KONEKSI. Di antaranya terkait Budaya & Kearifan Lokal, Disabilitas & Kesetaraan Gender, serta Inklusivitas & Perubahan Iklim.
Beberapa penelitian yang dipresentasikan antara lain Welmince Djulete (Monash University) yang mengeksplorasi hubungan antara iman, budaya, dan ketahanan iklim, menekankan peran pemimpin agama dalam mendorong gaya hidup berkelanjutan.
Kemudian Ida Mujtahidah (Rumah Disabilitas) yang membahas model ekonomi kreatif berbasis komunitas yang memberdayakan penyandang disabilitas, seperti Sagata di Yogyakarta, yang mengubah narasi disabilitas dari penerima bantuan menjadi produsen mandiri.
KONEKSI tidak hanya memfasilitasi diseminasi riset, tetapi juga mendirikan booth pameran untuk memperluas jejaring antara peneliti, pemerintah daerah, dan sektor swasta.
Harapannya, temuan riset ini dapat menjadi dasar kebijakan yang lebih inklusif, khususnya di wilayah Indonesia Timur yang menghadapi tantangan kompleks di bidang sosial dan ekonomi.