SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Usai mengantar anaknya sekolah, Adjie Wijaya (50) membuka gerendel pintu geser kedai kopinya yang bernama Yisan Coffee di sudut Gang Warung Pecinan Semarang.
Matahari sudah cukup terik, aktivitas Pasar Gang Baru masih penuh hiruk pikuk dan mbok-mbok gendong masih berlalu-lalang membopong barang belanjaan 'klien' yang cukup banyak.
Betapa riuh, segala gairah kerja, kerja, kerja di Pecinan ini. Dia tidak mau kalah. Setelah pintu kedainya dibuka, dia mengambil kain basah untuk mengelap jendela.
Aktivitas bersih-bersih Adjie tak lama kelar. Dia beralih menyiapkan alat seduh serta peralatan untuk mengolah dan menyajikan kopi. Ketika masih mempersiapan sajian kopi-kopian, seorang wanita tua masuk.
"Silakan," kata Adjie yang langsung semringah karena senang mendapat pelanggan pertama. "Mau minum apa?" sambung Adjie.
"Saya mau beli jamu pereda nyeri pinggang," ungkap wanita itu.
"Maaf mak, saya jualnya kopi. Toko obatnya pindah sana, gedung nomor 7 dari sini. Masih di Gang Warung kok," timpal Adjie.
Wanita tua tadi meminta maaf karena sudah salah. Dia langsung pergi ke gedung nomor 7. Tapi Adji gagal dapat pelanggan pertama.
Yisan Coffe menempati ruko di seberang gerbang masuk kawasan pecinan yang ditandai sebuah gapura berhias naga di atasnya. Sebelum jadi Yisan Coffee, tempat itu dari tahun ke tahun lamanya adalah Toko Obat Cina Hway An Tong. Dan toko obat cina itu adalah peninggalan kakek buyutnya sejak tahun 1970.
Baca Juga: Pasar Imlek Semawis 2025 Dibuka, Suguhkan Atraksi Budaya dan Pembagian Kantong Imlek Hoki
Memasuki tahun 1996, Toko Obat Cina Hway An Tong menutup usahanya di tempat itu dan pindah ke gedung nomor 7 di Gang Warung.
Wanita tua yang salah tadi, bukanlah yang pertama. Adjie mengaku sering kemasukan orang-orang yang masih mengira tempat itu toko obat.
"Mungkin pelanggan lama," terangnya,