Benalu di Loteng Rumah Itu Membunuh Ibunya

photo author
- Rabu, 26 Februari 2025 | 16:42 WIB
Imam Ghozali, pelaku pembunuhan ibu kandung di Jomblang Semarang saat sudah diamankan di Polrestabes Semarang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Imam Ghozali, pelaku pembunuhan ibu kandung di Jomblang Semarang saat sudah diamankan di Polrestabes Semarang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - 37 tahun setelah melahirkan bayi pertamanya, Salamah tergopoh-gopoh keluar dari rumah. Tubuhnya berlumuran darah dan pandangannya kabur. Ketika sampai di teras dia sudah tidak kuat lagi, badannya ambruk.

Seseorang lari dengan parang sepanjang 50 sentimeter di tangannya. Dia adalah Imam Ghozali, bayi yang dilahirkan Salamah 37 tahun yang lalu.

Usai menikam ibunya, Ghozali kabur. Dia sempat melihat Salamah yang sudah tergeletak, namun dia tahu setelah ini polisi bakal mencarinya, maka dia memutuskan lari. Para tetangga tak lama kemudian melihat Salamah yang tergeletak.

"Mbah Salamah dibacok wong (Mbah Salamah dibacok orang). Tolong." Teriak salah seorang tetangga. Dikarenakan rumah Salamah adalah pemukiman yang padat, semua orang dengar lalu mendekat. Sebagian mengejar Ghozali pada Selasa 18 Februari 2025 pukul 23.15 WIB.

MUH GHOZALI mendengar kabar mengejutkan itu beberapa jam kemudian lewat pesan di hpnya saat bekerja di lahan parkir Burger King Pandanaran. Muh lalu menunjukan pesan itu kepada manajernya agar bisa pamit pulang. Sebetulnya, Muh tak perlu repot-repot menunjukan pesan itu karena rumahnya sedang porak-poranda--anak pertamanya membunuh ibunya sendiri.

Baca Juga: Sadis! Ternyata Ini Motif Imam Ghozali Bunuh Ibu Kandung di Semarang

Ketika Muh hendak mencapai rumah, tetangga lebih dulu mengabarkan bahwa Salamah sudah dibawa ke rumah sakit. Muh pun menyusul Salamah yang sudah tak bernyawa. Kata orang-orang saat ditemukan bersimbah darah, Salamah masih bernapas, namun segalanya terlambat dalam perjalanan.

Muh Ghozali, bapak dari Imam Ghozali yang geram atas perilaku anaknya. Muh bahkan meminta Ghozali tidak perlu dipenjara tapi langsung dimatikan saja. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Muh Ghozali, bapak dari Imam Ghozali yang geram atas perilaku anaknya. Muh bahkan meminta Ghozali tidak perlu dipenjara tapi langsung dimatikan saja. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Setelah melihat bagaimana kondisi Salamah, Muh langsung meminta untuk dikafani saja dan dimakamkan di kampung halamannya. Usai membereskan Salamah, Muh pun kembali ke rumahnya yang berlokasi di Jomblang Semarang.

Dia bisa melihat bekas bercak darah dari Salamah lalu membayangkan bagaimana istrinya itu entah ditikam atau disabit oleh anaknya sendiri lalu terkapar di teras. Sesaat Muh merasa bersalah karena tidak ada di tempat ketika semua itu terjadi, namun Muh juga geram kepada Imam Ghozali yang tak pernah mudah diatur.

37 tahun yang lalu, ketika melihatnya lahir bersama Salamah, Muh menamainya Imam lalu disambung dengan namanya sehingga menjadi Imam Ghozali. Waktu itu dia berharap, Imam bisa menjadi pemimpin bagi keluarga atau di manapun. Harapan dalam nama itu sebetulnya bakal pas karena kelak, dia punya 4 adik.

Namun Muh dan Salamah keliru. Anaknya tumbuh tidak sesuai harapan. Sejak remaja sampai umur 30-an, Imam Ghozali tumbuh jadi sosok yang bandel dan keras kepala.

Baca Juga: 7 Prospek Kerja Lulusan Jurusan Sastra China, dari Penerjemah hingga Diplomat

Ketika adik-adiknya giat bekerja dan memutuskan untuk berkeluarga, Imam stuck. Dia malasnya minta ampun dan sering menghabiskan waktu di loteng rumah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X