AYOSEMARANG.COM -- Seorang atlet taekwondo yang tergabung dalam Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar atau PPLOP Jawa Tengah, Agil Tri Nugroho (16), meninggal dunia setelah mengalami kolaps saat menjalani latihan fisik di kompleks Stadion Jatidiri, Semarang.
Peristiwa tragis ini terjadi pada, Rabu 5 Maret 2025 pukul 22.22 WIB. Agil, yang berasal dari Desa Banjarjo, Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali, sebelumnya menjalani sesi latihan bersama rekan-rekannya sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
PPLOP merupakan program pembinaan atlet muda yang berada di bawah naungan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah. Hingga saat ini, penyebab pasti kematian Agil masih dalam tahap investigasi oleh berbagai pihak, termasuk kepolisian dan Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI).
Baca Juga: Terungkap, Oknum Polisi Bunuh Bayi di Semarang Miliki Hubungan Gelap dengan Ibu Korban
Kepala Disporapar Jawa Tengah, Agung Hariyadi, membenarkan bahwa pihaknya masih menunggu hasil investigasi resmi terkait kematian Agil.
"Ini masih diinvestigasi pihak Pengprov TI, Balai PPLOP, dan kepolisian. Saat ini masih berproses. Kalau kami sudah menerima hasil dan rekom kemudian dilanjutkan langkah tindak lanjut, akan kami sampaikan kepada media," ujar Agung, dikutip Rabu 12 Maret 2025.
Sementara itu, Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) telah mengirimkan tim investigasi khusus yang dipimpin oleh Mayor Inf. Rafael. Tim ini juga diperkuat oleh dokter spesialis penyakit dalam dan jantung dari Kodam IV/Diponegoro untuk memastikan penyebab kematian Agil.
Sekjen PBTI, Mayjen TNI Amrin Ibrahim, saat dikonfirmasi masih belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait hasil investigasi tersebut.
Baca Juga: Kecelakaan Maut di Semarang, Pemotor Tewas Usai Tabrak Median Jalan
Pada hari kejadian, sebanyak 11 atlet PPLOP Taekwondo mengikuti sesi latihan fisik yang dipandu oleh tiga pelatih, yakni Hendra, Aulia, dan Anom. Materi latihan yang diberikan berfokus pada peningkatan daya tahan atau endurance running dengan menggunakan aplikasi Strava untuk memantau performa atlet.
Para atlet harus berlari mengelilingi lintasan luar Stadion Jatidiri dengan target waktu 4 menit per putaran. Latihan ini dilakukan dalam tiga set dengan sesi istirahat setiap empat putaran. Namun, karena banyak atlet yang menjalani puasa, mereka kesulitan memenuhi target waktu yang ditetapkan oleh pelatih.
Sebagai bentuk evaluasi, pelatih kemudian mengubah metode latihan menjadi interval running, di mana atlet harus tetap mencapai target waktu 4 menit per putaran secara berulang. Masalah muncul ketika latihan terus berlanjut hingga melewati waktu berbuka puasa tanpa ada jeda untuk makan atau minum.
Akibatnya, beberapa atlet mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan ekstrem. Tercatat tiga atlet mengalami kolaps, yaitu Agil, Yardaan, dan Grace.
Baca Juga: Kronologi Kasus Polisi Bunuh Bayi di Semarang, Ibu Korban Buka Suara