BMKG Ungkap Penyebab Panas Menyengat di Semarang, Warga Kelakar 'Satu Orang Satu Matahari'

photo author
- Senin, 29 September 2025 | 14:05 WIB
 BMKG ungkap penyebab cuaca panas menyengat di Semarang.  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
BMKG ungkap penyebab cuaca panas menyengat di Semarang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

AYOSEMARANG.COM -- Cuaca ekstrem panas tengah melanda Kota Semarang dalam beberapa hari terakhir. Warga bahkan melontarkan kelakar bahwa di kota ini terasa seperti "satu orang satu matahari".

Panas menyengat biasanya sudah terasa sejak pagi sekitar pukul 09.00 WIB dan berlangsung hingga sore. Bahkan, suhu panas juga masih terasa pada malam hari.

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Giyarto, S.Kom., menjelaskan fenomena ini dipengaruhi beberapa faktor.

Baca Juga: Polisi Bongkar Sindikat Uang Palsu di Demak, Satu Keluarga Ikut Terlibat

"Jadi ketika kita masuki Oktober sampai hingga akhir Oktober itu ada peningkatan temperatur," ucap Giyarto, Senin 28 September 2025.

Menurutnya, peningkatan temperatur dipengaruhi gerakan semu matahari. Saat ini posisi radiasi matahari berada di sekitar 6 hingga 10 derajat di atas khatulistiwa, sehingga posisinya tepat di atas Pulau Jawa.

"Jadi ketika matahari berasa di ufuk kita, dampaknya temperatur meningkat," sambungnya.

Selain itu, perbedaan posisi matahari pada musim kemarau dan pancaroba juga menjadi faktor. Pada musim pancaroba, matahari berada lebih dekat sehingga penguapan semakin intens.

Baca Juga: PSIS Semarang Terpuruk di Dasar Klasemen Tanpa Poin, Terancam Degradasi ke Liga 3

"Nah, awan hujan inilah juga menyumbang atau penguapan atau konvektif ini menyumbang tingkat kenaikan temperatur juga gitu. Karena awan ini memiliki namanya panas laten," ujarnya.

Giyarto menambahkan, tidak semua panas matahari diserap bumi. Sebagian justru terpantulkan ke atmosfer dan tertahan awan.

"Ada yang diserap, ada yang dipancarkan. Yang diserap itu cuma 45%. Yang dipancarkan ini 45 persen, 54 persen, 55,5 persen ini dipantulkan. Nah, ketika dia dipantulkan ke atas karena di atas ada awan sehingga awan ini menghambat panas ini untuk pergi," terangnya.

Faktor lain adalah tingginya radiasi matahari ditambah efek rumah kaca di perkotaan.

"Jadi ketika radiasi matahari sedang tinggi, untuk daerah-daerah perkotaan yang notabene polutif. Nah, dia menyumbang polutan besar mulai dari kendaraan bermotor hingga pola hidup yang merusak iklim ya. Efek rumah kaca dengan menggunakan AC. Setiap mobil menggunakan AC, rumah menggunakan AC, dia menyumbang karbon," ungkapnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X