Selain membantu, lagipula tarif yang dipatok oleh Marpuah tidak mahal.
"Cuma Rp5 ribu sampai Rp10 ribu," katanya.
Dalam bekerja, alat yang digunakan juga cukup simpel yakni sapu dan engkrak. Dia juga tidak perlu mengepel.
Kalau kerja tambahan, paling dia hanya memunguti plastik-plastik sampah yang berserak di sela-sela bangku bus.
Baca Juga: Lagi, 600 Pemudik dari Kalimantan Tiba di Pelabuhan Kendal
"Yang penting nggak terlihat kotor sajalah bisanya kan kalau berhenti di terminal ganti penumpang," katanya.
Meski tarifnya sesuai yang dia sebut tadi, namun dalam sehari dia bisa melayani 20 sampai 30 bus.
Selama Lebaran ini sebetulnya jadi ladang rezeki tersendiri bagi Marpuah. Pasalnya seiring meningkatnya arus mudik, juga membuat banyaknya bus yang keluar-masuk Mangkang.
"Jadi ya istilahnya kalau mau Lebaran sampai Lebaran saya panen," katanya.
Baca Juga: 30 Ucapan Idul Fitri 1444 H atau Lebaran 2023 dalam Bahasa Inggris, Lengkap dengan Terjemahannya
Namun masalahnya, saat ini Terminal Mangkang tidak seramai dahulu.
Salah satu biang permasalahan sepinya Mangkang adalah karena beroperasinya terminal bayangan di berbagai sudut Kota Semarang.
"Jadi sekarang agak sepi. Pendapatan nggak kayak dulu," ungkapnya.
Apapun profesi tukang sapu bus ini bagi Marpuah cukup memberi dia pendapat dan setidaknya pulang ke rumah dia bawa makan untuk anak-anaknya.
Baca Juga: Tradisi Pasar Kembang di Kendal, Ini Bunga yang Paling Laris dan Diburu Warga