Kata Sumarti, ada beberapa buruh angkut yang sudah memiliki langganan. Biasanya para buruh akan mendapat kabar melalui telepon jika mereka hendak berbelanja ke pasar.
“Ya untung-untungan kalau bisa jadi langganan. Biasanya mereka juga memberi upah lebih atau memberikan sedikit belanjaannya,” tutur perempuan berusia 53 tahun tersebut.
Kemudian untuk perkara upah, para perempuan tangguh ini tidak pernah mematok harga.
Ada yang memakai jasa mereka saja sudah bagus, begitu kata Sumarti.
Baca Juga: Banyak Keramik Rusak, Aloon-aloon Semarang Bakal Ditutup, Sampai Kapan?
Dia mengungkapkan kalau upah tergantung pelanggan dan banyaknya muatan yang dibawanya.
Per hari, Sumarti bisa mendapatkan upah sebanyak Rp50 ribu sampai Rp200 ribu. Biasanya jika muatannya lumayan banyak, seorang pelanggan memberi bayaran Rp25 ribu.
Selesai dengan Sumarti, Ayosemarang.com menemui buruh angkut lainnya.
Sampai dalam, perempuan berpunggung keranjang ini cukup banyak dan bagusnya tidak ada yang menganggur.
Baca Juga: Suka-Duka Penyeberang Perahu di Boom Lama Semarang, Pendapatan Tidak Cukup, Ikhlas Bantu Warga
Bisa dibilang kalau banyak juga orang yang membutuhkan bantuan mereka. Rezeki tampaknya memang sudah diatur.
Tidak cuma mengangkat belanjaan, bisa saja mereka menerima jenis job lainnya. Suparti misalnya. Perempuan paruh baya ini diutus seseorang untuk berbelanja.
Berbekal catatan, Suparti hilir mudik mencari barang-barang yang tertulis di sana.
“Ini sudah langganan. Pelanggan saya ini punya warung bakmie, jadi titip saya buat belanja,” tuturnya.
Baca Juga: Kisah Penerus Toko Oen Semarang, Bersikeras Pertahankan Cita Rasa dari Banyaknya Peniru