"Ini adalah karakter penerapan karakter dalam sila-sila Pancasila dalam kurikulum P5. Terkait acara ini diselenggarakan misalnya untuk pentas seni ekstrakurikuler tari juga supaya anak-anak berani tampil menyalurkan minat dan bakatnya. Selain itu agar mereka bisa tampil di depan umum agar berani dan percaya diri," paparnya.
Salah seorang siswa kelas 1 di SD Kalipancur yakni Renan mengatakan jika dia menyenangi hasil pelajaran P5.
Dia senang karena selain berkarya, hasil karyanya bisa dibeli dan digunakan oleh orang lain.
"Bikin tempat pensil. Harganya Rp 3.000. Bikinnnya sama teman-teman sekelas dan dibantu ibu guru," katanya.
Penerapan kurikulum P5 juga pernah ditekankan oleh Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Wali Kota yang akrab disapa Ita tersebut menuturkan jika kurikulum P5 terus diterapkan di kotanya yang salah satu alasannya untuk menekankan karakter berwirausaha.
Selain berwirausaha, siswa diajak mengenal ideologi bangsa dengan kebudayaan dan kesenian.
"Kurikulum itu menekankan bagaimana melestarikan gotong royong. Kemudian juga Bhineka Tunggal Ika, bentuk bagaimana kita menjaga keutuhan dari Pancasila lalu NKRI berideologi dengan Pancasila ini yang membuktikan anak-anak ini bisa. Dan kami yakin insyallah di Kota Semarang ini anak-anak sudah dari kecil memahami terkait ideologi Pancasila," ucap Ita.
Tidak hanya itu saja, Ita juga meminta untuk mengakomodir hasil entrepenur dengan membuatkan E-Commerce P5.
"Jadi nanti orang tua kemudian kita, semua masyarakat bisa membeli produk dari P5. Contoh ada anak berkebutuhan khusus yang masuk di sekolah inklusi bisa bikin batik sibori dan bahkan satu hari saja sudah selesai. Nah ini kita terus dorong agar anak2 bisa menjaga pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Berbhineka Tunggal Ika," sambungnya.