SEMARANGTENGAH, AYOSEMARANG.COM - Selain genderuwo yang disebutkan tadi, HA Van Hien dalam bukunya De Javanesche Geestenwereld juga banyak lagi mencatat hantu di Kota Semarang.
Kalau tadi ada genderuwo, HA Van Hien juga menyebut hantu di Kota Semarang lainnya adalah wilwo.
Wilwo merupakan hantu di Kota Semarang yang merupakan akronim dari "Dijawi, Digowo (Dijawil, dibawa)".
Dalam buku, Van Hien menyebut jika wilwo punya pembantu yang bernama "tek-tekan".
Ada catatan yang berbeda di sini. Menurut Van Hien, tek-tekan menyasar pada perempuan yang baru saja melahirkan atau juga anak-anak kecil.
Konon, kalau didatangi tek-tekan akan jatuh sakit atau terkena sawan.
Untuk menangkalnya biasanya, para perempuan itu menaruh sebuah pisau di bawah tempat duduk atau pandan.
Baca Juga: Mengaku Jago Bikin Kopi? Coba Ikuti Lomba Fun Brewing V-60 di Balemong Resort
Namun kata penulis sejarah di Kota Semarang yakni Amen Budiman, tek-tekan versi orang Semarang tidak demikian.
Katanya kenapa hantu itu dinamakan tek-tekan karena wujudnya dua buah tulang yang suka ke sana kemari dengan memukulkan dirinya satu sama lain sampai menimbulkan tek-tekan.
"Dan tek-tekan itu adalah alat untuk mencari pesugihan," kata Amen.
Hantu di Kota Semarang lainnya adalah nyi blorong. Hantu ini tampaknya sering jadi cerita dalam film-film horor era 80 sampai 90-an.
Baca Juga: Warga Mulai Terima Ganti Untung Pelepasan Lahan Proyek Bendungan Bener