“Serbuk kayu ini nantinya jadi bagian yang membuat hio swa tetap menyala dalam jangka waktu yang panjang,” jelasnya.
Setelah diaduk dalam beberapa waktu, adonan serbuk kayu tadi dikepalkan ke batang-batang bambu.
Jika sudah terkumpul dalam jumlah yang banyak lantas dijemur.
“Kalau musim hujan begini kami pakai oven biar pengeringan nggak lama,” ucapnya.
Oven mungkin biasanya jadi solusi apabila musim hujan. Namun tahun ini Khundori tidak bisa pakai oven karena ikut kebanjiran.
Alhasil sebagai pengganti, Khundori sampai mengambil barang dari luar untuk menambah jumlah produksinya.
Biasanya oven yang digunakan Khundori tidak memakai tenaga listrik. Bentuknya serupa rumah-rumahan yang ditutupi dengan asbes.
Di dalamnya ada sekat-sekat kayu yang sengaja dibikin untuk menempatkan hio swa.
Baca Juga: Kondisi Terkini Pasien Omicron di Kota Semarang, Empat Sembuh, Dua Masih Dirawat di Rumah Sakit
Kalau pengeringan selesai, hio swa memasuki tahap pengecatan. Ada dua jenis pengecatan, disemprot dan dicelupkan. Semua punya harga dan kualitas masing-masing.
“Pengecatan ini juga punya peran penting karena yang akan memberi aroma pada hio swa,” tutur laki-laki ini.
Setelah pengecatan selesai, hio swa dijemur lagi agar catnya melekat kuat. Biasanya butuh waktu sehari sampai dua hari penjemuran. Namun kalau musim hujan seperti ini, bisa sampai tiga hari.