SEMARANGSELATAN, AYOSEMARANG.COM - Dalam artikel sebelumnya, banyak penjelasan yang menerangkan bahwa kekayaan Tasripin tidak didapat begitu saja, namun juga dari karakternya.
Sebagai pedagang, Tasripin adalah orang yang perhitungan. Dia tidak ingin menyia-nyiakan apa yang dia keluarkan untuk usahanya.
Namun meski demikian, Tasripin bukanlah orang yang pelit atau kikir. Amen Budiman mengatakan, di mata masyarakat Tasripin adalah orang yang begitu dermawan.
"Tiap tahunnya Tasripin banyak mengeluarkan uang untuk kehidupan bermasyarakat," tulisnya.
Baca Juga: Moonshine Sub Indo Streaming Drakor Gratis di Sini, Episode Terakhir Malam Ini!
Tasripin banyak mendirikan sumur, baik di kampung-kampung maupun di kampung lain. Terutama di kampung yang kesulitan air.
Di bidang agama misalnya, Tasripin banyak menyumbang bedug di langgar kampung-kampung Kota Semarang, bahkan sampai ke luar Kota Semarang
Kemudian sebagai seorang pedagang kulit, Tasripin menaruh perhatiannya pada dunia kesenian yakni pewayangan.
Minatnya pada dunia kesenian membuat Tasripin memiliki gamelan yang berakit-rakit dan wayang yang berkotak-kotak.
Baca Juga: Hariadi Pothoel Pusing! Jelang Lawan Persedikab Kediri, 6 Personel Persebi Positif Covid-19
Di istananya, di Kampung Kulitan, dia juga tidak lupa membuat sebuah tratak yang dindingnya berupa lukisan wayang.
Tasripin memang memiliki istana, namun istana yang dia huni tidak gemerlapan. Dia lebih suka sederhana dan mengamalkan falsafah Jawa.
Kemudian satu yang unik dari Tasripin adalah, ia begitu senisitif terhadap orang Tionghoa.
Menurut Tasripin, orang-orang Tionghoa begitu sombong. Tasripin kemudian dengan apa yang dimilikinya, berusaha meredam kesombongan orang Tionghoa.