"Wid, eleng gak, jare wong dodol cilok, nek onok opo-opo lanjut ae (Wid, inget gak kata penjual cilok, jangan berhenti walau ada apapun, kita lanjut saja)."
Seperti kata Wahyu, Widya pun melanjutkan perjalanan, semakin mereka berjalan, semakin keras suara itu, dan semakin lama, diiringi suara tertawa dari orang-orang yang sedang melangsungkan hajatan.
Sampai, dilihatnya, terdapat janur kuning melengkung. Di sana, Widya melihatnya sebuah pesta, tepat di sebuah tanah lapang samping jalan raya, seperti sebuah area perkampungan. Di sana, lengkap dengan orang-orangnya, juga panggung tempat musik didendangkan.
Wahyu dan Widya, terdiam cukup lama, seperti termenung memastikan bahwa yang mereka lihat, manusia.
Tidak ada angin, tidak ada hujan, Wahyu dan Widya tercekat saat ada orang tua bungkuk bertanya tiba-tiba tepat di samping mereka.
"Nopo le (ada apa nak)?" suaranya halus sekali, sangat halus. "Sepeda'e mblodok (motornya mogok)?"
Wahyu dan Widya hanya mengangguk, pasrah.
Si orang tua memanggil anak-anak yang lebih muda, kemudian menuntun sepeda. Menepi dari jalan raya, tidak lupa, si orang tua mempersilahkan Wahyu dan Widya istirahat sebentar, sembari menunggu motornya dibetulkan.
Suanasanya ramai, semua orang sibuk dengan urusanya sendiri-sendiri. Ada yang bercanda, ada yang mengobrol satu sama lain, ada yang menikmati alunan gamelan yang ditabuh seirama, lengkap dengan si pengantin yang terlihat jauh dari tempat Wahyu dan Widya duduk.
"Aku ra eroh nek onok kampung nang kene (aku tidak tau ada kampung disini)."
Widya hanya diam saja, matanya fokus pada panggung, di depan penabuh gamelan masih ada ruang. Acara apa yang akan mereka adakan dengan ruang seluas itu.
Rupanya, pertanyaan Widya segera terjawab. Dari jauh, tiba-tiba tercium aroma melati. aroma yang familiar bagi Widya, diikuti serombongan orang.
Di hadapanya ada seorang penari, ia di tuntun naik ke atas panggung. Kemudian, semua orang memandang pada satu titik, tempat penari mulai berlenggak lenggok di atas panggung. Semua mata, seperti terhipnotis melihatnya.
"Ayu'ne curr!!"(cantik sekali anj*ng)," kata Wahyu
Bingung, apakah hanya perasaan saja, mata si penari beberapa kali mencuri pandang pada Widya. Ia seperti mengenal penari itu, tapi, tidak ada yang tau siapa si penari.