Saling Klaim Tahu Gimbal Pak Edy Semarang yang Asli, Ada yang Sejak 1972 dan Sudah Punya Hak Cipta

- Sabtu, 16 September 2023 | 17:40 WIB
Tahu Gimbal Pak Edy Semarang versi Haji Edy yang juga mengaku sebagai pemilik asli. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Tahu Gimbal Pak Edy Semarang versi Haji Edy yang juga mengaku sebagai pemilik asli. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Tahu Gimbal Pak Edy Semarang memang tidak cuma satu. Namun dari sekian banyak pedagang yang pakai nama itu, yang mengaku asli juga tidak hanya satu orang.

Ada dua pedagang yang mengaku memiliki Tahu Gimbal Pak Edy Semarang, bahkan punya klaim kuat.

Untuk Tahu Gimbal Pak Edy asli pertama punya keterangan awal berjualan yakni pada 1972, kemudian terdapat foto dan berbagai piagam.

Baca Juga: Tahu Gimbal Pak Edy Semarang Ada Banyak, Kenapa Bisa Namanya Sama? Berikut Ulasannya

Selain itu nama yang dipakai adalah "Haji Edy". Serta ada keterangan jelas apabila tahu gimbal ini tidak buka cabang.

Keaslian lapak tersebut dijelaskan oleh Dona (38) anak dari Kamsani.

Dia menyebut bahwa ayahnya memang sudah berjualan sejak 1972 dan merupakan pencetus sajian khas Semarang tahu gimbal.

"Dulu itu bapak ikut orang jualan tahu campur, tahu campur itu nggak ada gimbalnya (bakwan dengan udang di tengahnya) terus dia berdikari sendiri, coba-coba dikasih istilah di Jawa kan gimbal," katanya.

Baca Juga: Merinding! Inilah 8 Kondisi Rumah Diduga Milik Suzanna yang Terbengkalai di Semarang, Terakhir Terkesan Angker

Sebelum berjaya di Taman Indonesia Kaya atau yang dulu disebut dengan Taman KB, Pak Edy berjualan di sekitar Gor Pancasila yang saat ini berubah menjadi Ciputra.

Dona menjelaskan bahwa Pak Edy sempat berpindah-pindah jualan hingga akhirnya mendapat lapak di seberang Taman Indonesia Kaya pada tahun 2018.

"Dari 72 Bapak pertama jualan itu di Gor Pancasila sekarang jadi Ciputra, dari Gor situ direlokasi ke Simpang Lima itu sekitar tahun 1980-an, terus mulai beberapa tahun direlokasi lagi ke Jalan Pahlawan depannya Depsos," jelasnya.

Di saat itulah kemudian banyak pedagang yang ikut-ikut memakai nama Edy atau Edi. Ditambah mereka juga berdagang di area yang sama.

"Itu dulu yang jual pakai nama sendiri-sendiri, mulai 2018 karena sejajar gini to, pelanggan kan pada datang itu ramainya jadi kecemburuan sosial," lanjutnya.

Halaman:

Editor: Vedyana Ardyansah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kasus Pemukulan di SMK Kandeman Batang Berakhir Damai

Jumat, 29 September 2023 | 16:23 WIB
X