Undip Semarang Bikin Investigasi Internal Meninggalnya dr Aulia, Riwayat Akademik Bakal Jadi Patokan

photo author
- Selasa, 20 Agustus 2024 | 19:12 WIB
Lokasi meninggalnya mahasiswi Undip Semarang. Undip bakal investigasi internal. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Lokasi meninggalnya mahasiswi Undip Semarang. Undip bakal investigasi internal. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Universitas Diponegoro (Undip) Semarang melakukan investigasi internal terkait kasus meninggalnya mahasiswi Prodi Anestesi di Rumah Sakit Kariadi.

Mahasiswi Prodi Anestesi yang meninggal itu bernama dr Aulia Risma. Aulia tewas dengan dugaan bunuh diri pada Senin 12 Agustus 2024.

Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Suharnomo menuturkan dalam investigasi internal itu, investigasi internal jadi bagian yang disorot

"Dari Kaprodinya sudah bilang secara rinci tanggal-tanggal dia nggak masuk, berapa bulan dan sebagainya sudah ada semuanya, kapan beliau digantikan dan sebagainya, recordnya sangat jelas kan ada CCTV-nya dari semester satu. Kenapa kok dari smester satu kok dia sakit nah itu tanya aja sama kepolisian," ujarnya di kantornya, Rektorat Undip, Semarang, Selasa 20 Agustus 2024.

Baca Juga: Rektor Undip Bantah Aturan Senioritas di Prodi Anestesi, Suharmono: Itu Aturan Tahun Berapa?

Kemudian Suharmono mengklaim bahwa korban tidak mengalami sakit saat menempuh perkuliahan.

"Bukan begitu, dari awal kan kata kaprodinya dia sudah memang ternyata sakit, sakit HNP dan sebagainya," tambahnya.

Suharmono juga membeberkan Prodi Anestesi memang dikenal berat. Bahkan sebetulnya jarang perempuan bersedia mengambil prodi tersebut.

"Di situ juga jarang sekali ada wanita sebenarnya kalau di anestesi, karena biasanya berdiri 4 jam, 6 jam kalau orang biasa aja pasti capek, capek banget apalagi kalau perempuan dan dulu dari LP2MP sudah tanya ke beliau ini 'benar milih anestesi?' ya beliau tetap benar anestesi itu wallahualam ya kita nggak ngerti tapi dari LP2MP sudah 'ini bener nih' karena jarang-jarang," jelasnya.

Selain itu Suharmono meyakini bahwa tewasnya mahasiswi dokter spesialis berusia 30 tahun itu bukan di latar belakangi masalah bullying. Meski demikian dia menyerahkan kepada yang berwenang untuk memutuskan.

Baca Juga: Meski dapat WTP, BPK Beri Catatan tentang Aset Milik Pemkab Batang

"Kita tentu menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwenang ya kepada Bapak-Bapak di Kepolisian untuk memutuskan ini lagian sekarang kita posisinya kan menderita karena ini kan kami serahkan sama Irjen Kemendikbudristek dan Irjen Kemenkes lah untuk memutuskan ini, monggo aja oh ini ternyata PPDS salah, ini ada yang harus diperbaiki, mengapa ini, saya rasa kita sudah tidak mungkin lagi bersikap defensif atau pura-pura mengatakan ini nggak ada dan sebagainya," ungkapnya.

Dari pemeriksaan itu menurutnya bisa jadi evaluasi untuk prodi anestesi. Sedangkan untuk saat ini, prodi itu ditutup sementara dan seluruh mahasiswa ditarik dari rumah sakit.

"Kalau kita ada salah pasti kita mengakuinya, pasti kita butuh perbaikan, ini momentum juga kan dengan Kariadi untuk bekerja lebih disinergis lagi, lebih baik lagi, mungkin banyak juga yang harus kita lebih baik lagi tapi kalau tentang bullying-nya kalau ada ya silahkan ada, silakan tanya kepolisian," pungkasnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X