SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Dosen Universitas PGRI Semarang (Upgris) bernama Mei Sulistyoningsih dilaporkan ke Polda Jateng atas dugaan penipuan dalam penyelenggaraan lomba tari tradisional Jawa Tengah.
Sebelumnya, para peserta lomba itu merasa kecewa karena penyelenggaraan lomba tari yang seharusnya dilaksanakan di Taman Indonesia Kaya Semarang pada Jumat 20 Desember 2024, batal secara mendadak. Sedangkan selaku eksekutor penyelenggaraan acara sendiri, dilakukan oleh Semarang Economy Creative (SEC).
Laporan tersebut diajukan oleh ratusan korban yang terdiri dari penari dari puluhan sanggar tari di Semarang dan wilayah sekitarnya, pada Kamis 26 Desember 2024. Korban didominasi oleh anak-anak.
Baca Juga: Temui Titik Terang, Polisi Tetapkan 3 Tersangka Kasus Kematian dr Aulia Risma Lestari di Semarang
Berdasarkan infomasi yang didapat, ratusan peserta sempat hadir di lokasi pada hari yang dijadwalkan. Namun, tidak ada tanda-tanda persiapan lomba, seperti meja juri, sistem suara, maupun dekorasi.
Dosen Upgris yang bernama Mei tersebut kebetulan merupakan ketua acara. Usai batal, dia sempat memberikan penjelasan kepada peserta, tetapi hingga kini tidak ada pertanggungjawaban terkait pembatalan tersebut.
Koordinator korban, Fandy Susilo Wibowo, mengungkapkan, korban cukup kecewa karena tidak ada upaya positif dari pihak panitia untuk menyelesaikan permasalahan, bahkan setelah enam hari.
“Kami sudah menunggu hampir enam hari, tetapi tidak ada kejelasan. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk melapor ke Polda Jawa Tengah,” ungkap Fandy.
Baca Juga: Suporter PSIS Jadi Korban Luka-luka Kericuhan dengan Polisi, Diduga Tertembak Peluru Karet
Fandy menambahkan bahwa lomba ini menarik banyak peserta karena mencantumkan nama Piala Gubernur. Alhasil, banyak sanggar tari merasa tertantang untuk ikut lomba.
Namun, saat hari pelaksanaan, panitia berdalih lomba batal karena alasan teknis, seperti masalah sistem suara dan ketidakhadiran juri.
Setelah lomba dibatalkan, praktis korban mengalami kerugian secara finansial maupun mental. Pasalnya untuk pendaftaran saja, biaya yang dikeluarkan mencapai Rp500 ribu per orang, mencakup biaya administrasi, sewa kostum, konsumsi, hingga transportasi.
Hal tersebut seperti yang dituturkan oleh Juju Jumarni. Kata Juju, dia sudah keluar ongkos mencapai Rp2 juta.
Baca Juga: Detik-detik Polisi Tembakkan Gas Air Mata saat Kericuhan Supoter PSIS di Stadion Jatidiri Semarang