NGALIYAN, AYOSEMARANG.COM - Kota Semarang tidak luput juga dari suatu tragedi di Indonesia yang tak bisa dilupakan sampai saat ini yakni Gerakan 30 September PKI atau yang lebih akrab disebut dengan G30S PKI.
Jejak G30S PKI di Kota Semarang itu berada di Dukuh Plumbon RT 3/RW 3 Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan dalam bentuk sebuah makam.
Untuk menuju makam yang jadi pengingat G30S PKI di Kota Semarang itu caranya memang tidak sulit, namun tampaknya harus mau bertanya kepada warga sekitar karena letak makam persis di bawah bukit yang ditumbuhi rerimbunan pohon dan semak-semak.
Baca Juga: Kenapa Hari Kesaktian Pancasila Dikaitkan dengan G30S PKI? Apa Hubungannya? Simak Selengkapnya
Saat Ayosemarang.com mencoba menyambangi makam tersebut, awalnya sempat tersesat, namun akhirnya ketemu juga usai diberi petunjuk warga sekitar.
Tidak ada deretan pusara di makam itu. Hanya seperti sepetak tanah biasa yang dipenuhi tumbuhan liar.
Penegasan bahwa tempat itu adalah makam dan punya sejarah yang panjang barangkali diselamatkan oleh sebuah tugu kecil yang berisi keterangan sederhana, meskipun juga beberapa tulisannya sudah hilang.
Yunantyo Adi, Aktivis kemanusiaan dan penggiat HAM dari Perkumpulan Masyarakat Semarang, jadi salah satu pelopor diperhatikannya makam korban G30S PKI tersebut.
Saat ditemui beberapa waktu lalu, Yunantyo menyampaikan makam itu mulai diperhatikan dan dirawat pada September 2014 lalu diresmikan pada 1 Juni 2015 bertepatan dengan hari Lahir Pancasila bersama tokoh agama, Ormas dan TNI-Polri.
Baca Juga: G30S PKI Berhasil Diberantas Soeharto, Begini Nasib Para Dalangnya Termasuk DN Aidit
"Plumbon dijadikan memori situs CIPDH UNESCO. Kami dihubungi lewat email 1 Mei 2019, dinyatakan resmi awal Januari 2020.
UNESCO menilai pemakaman itu sebagai situs pelanggaran berat HAM masa lalu yang memperoleh perlakuan orang zaman sekarang dengan berbeda yang dianggap memiliki nilai edukasi," paparnya.
Ketika proses peresmian, Yunantyo mengaku sempat dihubungi oleh beberapa pihak untuk membatalkan namun, dia tetap melanjutkan, bahkan warga sekitar sangat mendukung dan ikut membantu.
Mendekati proses peresmian dia juga dibantu oleh Mbah Mohkran dan Mbah Giri, keduanya eks tapol G30S yang masih sempat bersaksi.