KENDAL, AYOSEMARANG.COM - Petani di Kendal terpaksa harus membeli pupuk non subsidi karena sebulan terakhir pupuk bersubsidi menghilang.
Harga pupuk non subsidi juga melonjak tinggi hingga 100 persen, kenaikan tersebut dinilai tidak sebanding dengan pengeluaran petani.
Ketua kelompok tani Maju Makmur Desa Bulugede, Kecamatan Patebon Mujiono mengatakan, harga pupuk non subsidi semula harganya Rp 90 ribu per sak, kini menjadi Rp 190 ribu per saknya isi 50 kilogram.
Baca Juga: Mahasiswa KKN Undip Semarang Ajari Ibu-ibu di Kendal Ubah Minyak Goreng Bekas Jadi Lilin Aromaterapi
"Sangat sulit mencari pupuk subsidi. Terpaksa beli pupuk non subsidi yang harganya jauh lebih mahal," katanya.
Mujiono mengungkapkan, tanaman padi para petani tidak bisa menghasilkan banyak keuntungan. Lantaran selama perawatan, mayoritas petani hanya memberi pupuk dua kali. Padahal idealnya pemupukan dilakukan tiga kali. Ia berharap agar pemerintah bisa menstabilkan harga pupuk supaya kembali ke harga normal.
"Harapanya pemerintah bisa menggenjot harga komoditi sehingga bisa menguntungkan petani," ungkapnya.
Baca Juga: Mahasiswa UPGRIS Belajar Olah Sampah di Bank Sampah Induk Kendal
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kendal, Tardi membenarkan harga pupuk non subsidi saat ini mahal. Sedangkan diketahui ada enam tempat untuk budidaya padi, jika kondisinya yakni ketersediaan dan harga pupuk sebagaimana yang dirasakan oleh para petani saat ini maka produktivitas padi tidak dapat menghasilkan apa-apa.
"Dari harga dan jumlah kemampuanmasyarakat mash rendah. Tidak menutup kemungkinan jika harga pupuk terlalu mahal dan pupuk subsidi tidak mencukupi akan banyak petani beralih "budibaya" ditanduri beton. dengan kata lain tanah pertanian tidak lagi menjanjikan dijual untk perumahan," katanya.
Baca Juga: Sebagian Kendal Zona Merah, Sektor Wisata Tetap Buka, Pembatasan Pengunjung Dilakukan
Tardi mengungkapkan, seyogyanya pemerintah memikirkan nasib dari petani. Mengingat kebijakan-kebijakanya tidak pro petani. Karena pada dasarnya pemerintah tugasnya untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Begitu juga dengan petani, mereka bagian dari rakyat.
"saya berharap pemerintah betul-betul konsen dan memikirkan nasip hidupnya petani. Tidak hanya di Kabupaten Kendal, di Indonesia kasus soal mahalnya pupuk ini."
"Kalau ketersediaanya pupuk dirasa cukup. Cuman aturannya untuk mendapatkannya yang menyuslitkan prtani. Gonta ganti aturan terus. Kalau aturan yang sekarang ini disesuaikan keinginan penguasa," pungkasnya.