SEMARANG TENGAH, AYOSEMARANG.COM -- Jika masuk Jalan Gajah Mada dan belok ke arah Kampung Kali di Jalan Panjaitan, beberapa meter setelah itu ada sebuah rumah di mana Theosofi Semarang berkumpul.
Lokasi rumah itu berada di kiri jalan dan mudah ditemukan karena langsung bisa dilihat lambang dari Theosofi Semarang. Bangunan rumah itu seperti gaya peninggalan masa lama dan tidak terlalu besar.
Anggota Theosofi menyebut rumah perkumpulan itu dengan Sanggar Wijaya Kusuma. Tempat seperti itu sebetulnya ada di beberapa kota lain, termasuk juga Kota Semarang.
Theosofi seperti ini memang tidak hanya ada di Kota Semarang namun juga ada di beberapa kota di Indonesia dan terhimpun dalam sebuah organisasi yang resmi tercatat dalam Kementerian Agama.
Kalau di Kementerian Agama, Theosofi masuk ke dalam kelompok penghayat seperti Sapta Darma atau Ngudi Utomo.
Sementara di Semarang, mereka terkumpul dengan nama Persatuan Warga Theosofi Indonesia (Perwathin).
Masuknya aliran kepercayaan tersebut belum diketahui, atau bisa dibilang sejak zaman Belanda.
Baca Juga: Karyawan Bank Syariah di Semarang Gelapkan Dana Haji Senilai Rp918 Juta
Sebab Theosofi Semarang tidak beda jauh dengan Freemason atau yang dulu disebut dengan Vrijmetsalarij yang memang dibawa oleh orang-orang Eropa.
Untuk Freemason atau Vrijmetsalarij, penulis sejarah Semarang Amen Budiman menyebut tempat berkumpulnya berada di Jalan Dokter Cipto meski sekarang bentuk bangunannya sudah lenyap.
Pengurus Theosofi Semarang, Theresia Yohana Ina menyampaikan, jika sebetulnya Theosofi bukanlah sebuah agama atau kepercayaan.
“Intinya, Theosofi ini membahas banyak hal apa yang ada di dunia. Namun imbang, secara religi, sains dan filsafat,” kata Ina.