"Seperti yang dicita-citakan oleh Setara Institute tadi, bahwa kota yang kami bangun ini memang kota yang menjadi tempat kita tinggal. Maka kenyamanan inilah yang menyemangati kami di bawah bimbingan Ibu Wali Kota Semarang untuk terus merumuskan kegiatan-kegiatan toleran," katanya.
Kemudian aspek kebijakan penganggaran, peningkatan kapasitas masyarakat tentang moderasi beragama, dan wawasan kebangsaan di tingkat kelurahan, serta promosi pengarusutamaan gender secara terus menerus.
Ekosistem toleransi yang kuat menjadi modal di seluruh elemen kota untuk terus mendorong kemudahan izin pendirian rumah ibadah, serta memastikan tidak adanya hambatan-hambatan struktural.
Ekosistem toleransi baru telah terbentuk dengan pendirian kampung moderasi beragama di dua kelurahan dan pemberdayaan Pancasila yang berkolaborasi dengan kelompok masyarakat sipil. Salah satunya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Baca Juga: Apes, Jambret di Kendal Dikejar dan Ditangkap oleh Korban, Satu Orang Berhasil Kabur
"Terutama kami dibantu oleh teman-teman dari FKUB, dan semua komponen masyarakat untuk berupaya menjadi kota yang inklusif. Ini juga meningkatkan kami dalam mendorong kerukunan di antara warga Kota Semarang," katanya.
Sementara itu, Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Ismail Hasani mengatakan, indeks kota toleran adalah satu studi pengukuran terhadap kinerja 94 kota di Indonesia.
"Yang dinilai bukan kinerja wali kota saja, memang kinerja wali kota menentukan, tetapi kinerja masyarakat, kinerja tokoh-tokoh ulama, agama, sosial, elemen masyarakat sipil dan seterusnya," ujarnya.
Baca Juga: Mayat Laki-laki Tergeletak di Gubug Pantai Muara Kencan
Berikut 10 kota yang masuk dalam Indeks Kota Toleran 2023 menurut Setara Institute:
1. Kota Singkawang menyabet skor 6,500,
2. Kota Bekasi meraih skor 6,460,
3. Kota Salatiga mendapatkan skor 6,450,
4. Kota Manado dengan skor 6,400
5. Kota Semarang meraih skor 6,230,