KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Kondisi jembatan gantung peninggalan Belanda di Desa Wonosari Pegandon sangat memprihatikan. Pemerintah Desa Wonosari berharap Pemerintah Kabupaten Kendal segera melakukan perbaikan.
Jembatan gantung peninggalan Belanda yang telah berusia ratusan tahun menjadi akses utama bagi para petani jagung di daerah tersebut. Kepala Desa Wonosari, Mukalil, mengungkapkan daerahnya merupakan penghasil pertanian jagung terbesar di Kabupaten Kendal.
Daerah mereka memiliki luas kebun jagung sekitar 120 hektar, yang telah mampu menyumbang produksi jagung sebanyak 10,000 - 12,000 ton setiap tahunnya, dan memberikan kontribusi ekonomi senilai Rp 55 miliar hingga Rp 70 miliar.
Baca Juga: Perahu Penyeberangan Tak Laku Lagi, Jembatan Gantung Gempolsewu Diresmikan
Mukalil menjelaskan bahwa jembatan gantung tersebut merupakan satu-satunya akses bagi para petani jagung di Desa Wonosari. Oleh karena itu, perbaikan jembatan menjadi sangat penting untuk mencegah kerusakan yang dapat menghambat aktivitas pertanian.
"Jika dibiarkan, besi jembatan bisa saja mengalami karat, dan alas jembatanpun terbuat dari kayu sudah mulai rapuh," ujar Mukalil.
Dirinya berharap, Pemerintah Kabupaten Kendal dapat segera merespons permohonan mereka dan melakukan perbaikan. Karena masyarakat mereka telah memerlukan perbaikan dan demi kelancaran akses transportasi para petani jagung serta menjaga keberlanjutan produksi pertanian di daerah tersebut.
Sementara itu, Ngarimen seorang petani jagung desa setempat dalam tiap harinya melintas keluar masuk, untuk membawa hasil pertanian mengaku cemas, jika melalui jembatan gantung tersebut.
Baca Juga: Kabupaten Batang Memimpin Jawa Tengah dalam Pencatatan Industri Kecil Melaui SIINas
Menurutnya, tidak ada akses jalan lain kecuali melalu jembatan tersebut. "Kami hanya agak khawatir mas, melewati jembatan itu, apa lagi saat ini musim hujan," terangnya.