Bungkusan uang itu lalu diselipkan di bawah nasi gudangan dan berbagai makanan lain.
"Uang itu nanti untuk disumbangkan ke masjid sebagai sodaqoh," sambungnya.
Lebih lanjut Warsini menuturkan jika tradisi ini sudah berbeda seperti zaman dahulu.
Dahulu jumlah warga yang berpartisipasi masih banyak.
Pasalnya di saat Warsini muda dulu, para penghuni Kampung Kentangan masih warga asli.
"Namun lambat laun sudah pada pindah. Sekarang tinggal dikit," katanya.
Secara singkat, Warsini juga menjelaskan kenapa kampungnya bisa disebut "Kentangan".
Di masa lampau, berdasarkan keterangan para sesepuh, Kampung Kentangan adalah pasar.
Baca Juga: Mau Aman Makan Opor Ayam saat Lebaran 2023? Ada Tips dari dr Tan Shot Yen, Lemak Jahat No Worry!
Ketika siang hari, pasar itu cukup panas yang cukup terik. Di tengah panas terik itu, warga lokal menyebutnya dengan "kentang".
"Dadi panase kentang-kentang dan jadinya kentangan," sambungnya.
Lantas saat kepanasan itu, warga mendatangi sumur yang berada di Kampung Kentangan.
"Sumur itu sudah tua. Mungkin usianya sama dengan kampung ini," katanya.
Baca Juga: 5 Cara Menyimpan Ketupat Tetap Awet, Tak Cepat Basi, dan Tahan Lama Berhari-hari