semarang-raya

(KAMUS SEMARANGAN) Penyingkatan Kata di Dialek Semarangan, Wes Tanggal Tuo, Wayahe Rak Ndue Det

Jumat, 20 Mei 2022 | 17:10 WIB
Ilustrasi dialek semarangan. Tugu Muda Semarang (Ayosemarang.com / Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- “Wes tanggal tuo, wayahe rak ndue det.” Sepotong kalimat itu mungkin akan akrab didengar bila hidup di Kota Semarang atau berada di dekat orang-orang Semarang.

Sebab masyarakat kota ini punya satu kekhasan pengucapan sehari-hari yang disebut dengan dialek semarangan.

Penggalan kalimat tadi juga menunjukan satu kekhasan yang kentara yakni penyingkatan “duit” menjadi “det” saja. Penyingkatan seperti ini ternyata menjadi hal yang kerap terjadi di dialek semarangan.

Baca Juga: (SEMARANGAN) Makam Ereveld Part 2: Luas, Asri dan Penuh Pepohonan, Tempat ini Boleh Dikunjungi

Hartono Samidjan, dalam bukunya yang membahas bahasa semarangan, Halah Pokokmen, menuliskan, jika bahasa semarangan memang punya ciri khas yang suka menyingkat kata.

Penyingkatan itu dinilai Hartono karena bahasa semarangan lebih kental dalam pengucapan lisan daripada tulis.

Hartono kemudian menjelaskan, dalam ragam bahasa lisan kita tidak mengenal tanda baca. Melainkan memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, mimik, gerak tangan, atau isyarat untuk mengucapkan ide.

Baca Juga: (SEMARANGAN) Makam Ereveld Part 1: Peristirahatan Serdadu Belanda dan Pribumi Korban Perang

Dalam ragam bahasa lisan, didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelepasan kata, frasa dan pengucapan kalimat yang tidak baku.

Perkara baku tidak-baku, dalam bahasa tulisan memang diharuskan mematuhi patron yang sudah dibentuk. Namun jika bahasa lisan cenderung lebih longgar, bahkan setiap orang bisa membuat kaidah sendiri.

Menurut Hartono, setiap orang tidak ingin terbelunggu dalam pengucapan bahasa atau berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Itulah kenapa secara sadar atau tidak, terjadi penyimpangan saat berbicara.

Baca Juga: (KAMUS SEMARANGAN) Kata Sirahipun, Tanganipun, Sikilipun Lebih Kerap Dipakai untuk Berkrama Inggil

Salah satu yang paling sering terlihat penyimpangan itu seperti yang sudah disebutkan oleh Hartono tadi adalah tentang penyingkatan atau penyusutan kata.

Dalam bahasa Jawa fenomena itu sering terjadi. Namun penyingkatan itu akan semakin beragam dalam dialek semarangan, banyak yang disingkat dan berubah bunyi.

Halaman:

Tags

Terkini

XLSMART Gelar Pesantren Digital di Demak

Minggu, 14 Desember 2025 | 22:24 WIB