SEMARANGTENGAH, AYOSEMARANG.COM - Menyinggung Kampung Basahan memang tidak bisa lepas dari Sugiarto atau Baito (74).
Sebab Baito merupakan generasi pertama yang masih tinggal di Kampung Basahan meskipun pemukiman itu nyaris hilang dan kini hanya jadi lorong kecil jalan pintas.
Baito mengaku meskipun dia punya rumah di Mangkang, namun dia menghabiskan waktunya sehari-hari di Kampung Basahan.
"Saya lahir di sini. Lama di sini. Jadi ya tinggal di sini saja di sebuah gerobak," ujarnya saat ditemui Senin, 7 Juni 2022.
Gerobak rapuh dan hampir ambruk memang tempat tinggal Baito kalau di Kampung Basahan.
Saat hendak dilihat, Baito sebetulnya keberatan.
Dia agak tidak setuju, bukan karena di dalamnya ada barang berharga atau yang lainnya, namun memang seperti kapal pecah.
"Yah, beginilah kehidupan pemulung. Seadanya yang penting bisa buat tidur. Tapi kalau hujan ya saya pulang," ungkapnya.
Sehari-hari, Baito bekerja sebagai pemulung.
Dia mengumpulkan barang-barang seperti botol, kardus dan lain sebagainya yang bisa dijual.
"Sehari bisa dapat 100 tapi tidak pasti. Saya tidak mau menggantungkan hidup pada anak saya. Saya tidak mau merepotkan," sambungnya.
Dari pekerjaannya itu, Baito lalu mengingat jika dulu ketika kampungnya masih ada dia pernah bekerja sebagai calo tiket di Bioskop Theater Semarang dan Gedung Gris sebagai tempat pagelaran Ngesti Pandawa.
Baca Juga: (SEMARANGAN) Gudeg Mbak Tum Semarang Part 2: Warung Kaki Lima, Langganan Para Pejabat