"Dulu kan kalau rame orang malas ngantri, jadi saya jadi calo," ungkapnya.
Sebagai orang yang sudah uzur dan hidup lama di daerah situ, Baito tentu saja melihat kejadian dan masa lalu yang pernah terjadi di daerah situ.
Baito, misalnya, tahu bagaimana dulu Jalan Pemuda atau yang pernah disebut Bodjong beraktivitas.
Dia pun sempat melihat ketika trem masih melaju di jalan Bodjong.
"Saya masih menangi itu. Dulu kan relnya ada di depan Paragon itu sampai Pasar Bulu. Dulu di situ ada stasiunnya memang," paparnya.
Di usianya yang ke-74 ini Baito sebetulnya sadar tubuhnya sudah rapuh dan renta.
Dia pun juga sebetulnya bisa tidak perlu susah-susah mengais botol dan kardus di sampah-sampah untuk dijual.
Namun dia tidak mau pasrah dan menengadahkan tangan kepada anaknya saja untuk kehidupan sehari-hari.
Baito sejak muda selalu ingin berdikari dan tidak ingin merepotkan orang lain.
"Ini mulung, sebetulnya cuma buat makan sehari-hari saja. Saya tidak ingin apa-apa," pungkasnya.