KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Impian seorang nenek berusia 80 tahun, Jumiah warga Kelurahan Sijeruk Kota Kendal untuk berkurban seekor sapi akhirnya terwujud.
Meski awalnya uang yang dikumpulkan dari hasil mengumpulkan barang bekas akan digunakan untuk naik haji, namun Jumiah memilih untuk membeli sapi dan dikurban tahun ini.
“Saya ingin, kelak bisa naik sapi kurban bersama orang-orang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Seperti, suami, orang tua, dan saudara-saudaranya. Senang bisa kurban, besok bisa naik sapi nanti nabung lagi buat haji,” jelasnya saat ditemui di kediamannya Selasa 28 Juni 2022.
Jumiah menceritakan selama kurang lebih 15 tahun menjalani rutinitas sehari-hari sebagai pemulung atau tukang rosok. Kegigihannya mencari rosok-rosok dijalani setiap hari demi mengumpulkan uang. Dahulu dia tinggal bersama suami di gubuk kecil dengan berjualan makanan.
Baca Juga: 5.847 Data Pemilih Tak Memenuhi Syarat Dicoret KPU Kendal
Setelah sang suami meninggal, Jumiah tinggal sebatang kara di rumah peninggalan keduanya. Sedangkan anak-anak tirinya sudah berkeluarga dan hidup terpisah. Sejak itu, Jumiah mulai menjajaki profesi barunya sebagai tukang pencari rosok atau pemulung.
Setiap hari dia mencari barang-barang bekas menyusuri jalanan di wilayah Kota Kendal dan sekitarnya untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Jumiah biasa mulai memulung pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Seberapa banyak barang yang ia dapat selalu disyukuri tanpa mengeluh dengan keadaan.
"Enggak mesti (mulungnya, red). Kadang jauh, berangkatnya jalan kaki, pulangnya becak. Enggak kuat bawa rosok," imbuhnya.
Keteguhannya mencari barang-barang bekas semata-mata tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Jumiah mempunyai cita-cita bisa pergi ke Tanah Suci untuk berhaji dengan uang hasil kerja kerasnya yang ditabungnya. Impian itu ia genggam kuat sejak suaminya meninggal dengan menjadi seorang pekerja keras dan berhasil mengumpulkan tabungan Rp 22 juta.
Jumiah mengaku, tabungan puluhan juta itu tidak akan terkumpul tanpa bantuan anak tirinya. Setiap mendapatkan uang dari hasil penjualan rosok, Jumiah menyisihkan sebagiannya untuk kebutuhan makan sehari-hari. Selebihnya ia titipkan kepada anak tirinya untuk ditabungkan.
"Saya nabungnya ke anak, enggak dihitung jumlahnya. Kalau ada saya kasihkan ke anak," ujar dia.
Pendapatan Jumiah dari hasil memulung tidak menentu. Terkadang, dia mendapatkan uang Rp 35.000-Rp 60.000 dalam sepekan, tergantung seberapa banyak hasil rosok yang didapatkannya. Dana yang tidak seberapa itu dia bagi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menabung. Semuanya dikerjakan dengan ikhlas tanpa harus meminta-minta kepada tetangga.